Kalau berbicara masalah pemimpin, selalu benak ini
menampilkan surat Al-baqarah ayat 30. Seorang manusia pada hakikatnya adalah
seorang pemimpin. Bahkan ada orang bijak mengatakan bahwa kita (baca: orang
yang beriman khususnya) adalah seorang da’I sebelum dan sesudahnya. Sudah jelas
bahwa kita adalah mutlak seorang pemimpin. Persoalannya adalah, apakah sudah
cukup dan pantas seorang manusia menyebut dirinya seorang pemimpin? Terkadang
masih berfikiran seperti biasa. Belum mampu menghadirkan pola pikir layaknya
seorang pemimpin.
Kali
ini, penulis akan mencoba mengutip beberapa informasi dari sebuah buku yang
sangat luar biasa, sangat menginspirasi para pembacanya untuk menjadi orang
yang lebih baik. Buku ini berjudul “Berfikir dan Berjiwa Besar.” Karya dari
seorang penulis bernama David J. Schwartz yang membuat buku ini menjadi best
seller in the world. Banyak sekali hal-hal yang bermanfaat yang terdapat
didalam buku ini. Namun, pada kesempatan kali ini, tulisan ini akan sedikit
membahas tentang bagaimana berfikir seperti pemimpin.
Berpikir
dengan pola pikir yang dimiliki oleh seorang pemimpin tentu sangat berbeda.
Terkadang mereka memikirkan apa yang orang lain tidak pikirkan, melihat suatu
peluang dengan sudut tersempit dan sebagainya. Nah, tidak banyak orang yang
mampu berpikir sedemikian rupa. Hanya sedikit orang yang kemudian bisa
menghadirkan pikiran-pikiran yang berbeda dengan orang lain. Sebetulnya
kemampuan ini bisa di pelajari. Tidak ada unsur genetika dalam permasalahan
ini, hanya saja apakah seseorang tersebut mau memperbaiki kapasitas diri. Pada
zaman sebelum berkembangnya pendidikan, para pemimpin-pemimpin dahulu
mendapatkan kemampuan berpikir lewat bentukan alam. Dimana terdapat suatu
kondisi yang memaksakan mereka untuk berpikir keras. Karena pada zaman ini
penjajahan masih meraja lela. Secara alami mereka mempunyai bakat kepemimpinan
dan kemampuan berpikir seperti seorang pemimpin. Kembali ke topic awal, dibuku
ini dijelaskan ada beberapa poin yang harus diperhatikan jikalau ingin berpikir
layaknya seorang pemimpin. Diantaranya adalah bertukar pikiran dengan orang
yang ingin anda pengaruhi, berpikir apa cara manusiawi untuk menangani ini,
berfikir maju, percaya akan kemajuan, mendesak untuk maju dan luangkan waktu
untuk berunding dengan diri sendiri.
Elaborasi
pertama adalah tentang bertukar pikiran dengan orang yang akan dipengaruhi. Hal
ini adalah tentang bagaimana kita melihat suatu kondisi dengan kacamata lawan
bicara ataupun orang lain. Ketika kita berdiskusi dengan seseorang, terkadang
kita memaksakan pendapat kita dengan sudut pandang kita juga. Nah, hal ini
tentu akan membuat sang lawan bicara merasa risih. Jika seorang pemimpin
seperti ini, maka para stakeholder yang ada tidak akan bertahan lama. Contoh,
sebuah perusahaan iklan membuat iklan dengan cara pandang sang pembuat iklan.
Maka. Iklan ini tentu tidak akan menarik perhatian khalayak. Karena orang yang
memiliki cara pandang yang sama seperti sang pembuat iklan hanya sedikit. Dia
tidak menghiraukan apa yang diingini atau yang disukai pelanggan pada saat ini.
Maka dari itu mulailah melihat suatu kondisi dari sisi orang lain, terutama
yang jadi keinginan bersama. Hal ini akan membantu kita mempengaruhi orang yang
ingin kita pimpin.
Yang
kedua adalah tentang berpikir apa cara manusiawi untuk menangani ini. Dalam hal
kepemimpinan, ada banyak sekali pendekatan-pendekatan tentang bagaimana cara
memimpin sesuatu. Paling tidak ada tiga pendekatan yakni, pendekatan dictator,
pendekatan operator dan yang paling baik adalah pendekatan manusiawi.
Pendekatan dictator ialah pendekatan yang dilakukan seorang pemimpin dengan
tidak mendengarkan bawahannya. Segala keputusan yang ada hanyalah pemimpinnya
yang berhak menentukan. Biasanya pendekatan ini tidak bertahan lama. Pada
awalnya bawahan terlihat loyal, namun selang beberapa bulan bawahan akan
memberontak dan meninggalkan kondisi tersebut. Lain halnya dengan pemimpin yang
bertipikal operator. Pemimpin ini menginginkan hal-hal yang administrative.
Semua kendali berada ditangannya dan apabila tidak memenuhi persyaratan yang
dibuatnya maka hal tersebut salah baginya. Hal ini membuat semua bawahannya
terkesan bagaikan robot. Seperti sudah dimasukkan chip dan bersedia menaati
semua kebijakan yang telah dibuat. Maka pemimpin berjiwa operator juga tidak
disenangi oleh bawahan. Untuk itu, kepimpinan yang paling dirindukan adalah
pemimpin yang berjiwa humanis. Pada tipe ketiga ini, terdapat kemaslahatan yang
banyak dari pada karakter-karakter sebelumnya. Bagaimana menciptakan suasana
kekeluargaan yang disiplin dan harmonis. Menjadikan para karyawan nyaman dan
memberi kebebasan mereka untuk berekspresi. Maka setelah suasana kekeluargaan
tercipta, kondisi yang ada didalam suatu organisasi akan berjalan lancer dan
mudah dikendalikan oleh pemimpinnya.
Poin
ketiga apabila ingin berfikir seperti seorang pemimpin adalah berfikir maju,
percaya akan maju dan mendesak ingin maju. Poin ini mengambarkan bahwa seorang
pemimpin harus selalu meningkatkan kualitas dirinya untuk selalu berusaha
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Maju disini dalam artian menjadi lebih
baik. Ya, apabila hari ini masih sama dengan hari kemarin maka kita termasuk
orang-orang yang merugi. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin. Tidak
semua orang berfikir maju atau kita sebut dengan visioner. Banyak sekali
manusia yang pasrah akan keadaan yang ada. Beruntung bagi yang sudah
berkecukupan, yang jadi masalah adalah orang yang kekurangan ini. Berfikir lah
maju, lihat peluang yang ada dan manfaatkan kelebihan yang kita miliki. Maka
dengan selalu berfikir positif seperti ini, selalu ada jalan untuk berbuat. Ini
yang dilakukan seorang pemimpin, yang membedakannya dari yang lain. Berfikir
tanpa percaya akan kemajuan yang ingin dicapai juga kurang mengakar. Setiap
orang harus percaya dengan apa yang dia lakukan. Agar segala aktifitas yang
sudah dilakukan itu tidak sia-sia. Bukan hanya tenaga yang terbuang, waktu yang
paling mahal untuk ditebus jika tidak memiliki kepercayaan. Kepercayaan tumbuh
dari setiap jejak yang kita langkahkan. Maka mulailah melangkah untuk kemajuan
yang lebih baik. Setelah berfikir dan percaya akan kemajuan diri, selanjutnya
desak diri kita untuk tetap bertahan dan melangkah. Sesungguhnya ujian terbesar
baru akan muncul ketika kondisi yang ada menuntut kita untuk bertahan. Pepatah
bijak mengatakan “jika kita keras kepada diri kita, maka dunia akan lunak
kepada kita. Namun apabila kita lunak kepada diri kita, maka dunia akan keras
kepada kita.” Untaian makna ini menggambarkan betapa kerja keras dan motivasi
untuk melangkah sangat diperlukan untuk sebuah kemajuan. Maka ketika semua
aktifitas ini teraplikasi dengan baik. Tidak usah ragukan kemampuan anda untuk
memimpin.
Poin
yang terakhir adalah bagaimana kita mengenal diri kita jauh lebih dekat.
Sempatkan melakukan percakapan dengan diri anda sendiri. Bagaimana menguasai
alam bawah sadar anda agar mampu menuju kesuksesan yang anda inginkan. Tanyakan
kedalam diri kita apa yang telah kita perbuat selama ini, bagian mana yang harus
diperbaiki, bagian mana yang harus di hilangkan. Sehingga secara tidak langsung
kita sudah mengupgrade diri kita dengan otomatis. Hanya kita lah yang
mengetahui apa yang kita inginkan.
Banyak
sekali manfaat yang bisa dipetik dari buku ini. Mudah-mudahan dapat bermanfaat.
Tidak mudah menjadi seorang pemimpin, tapi sangat mudah berproses menjadi
seorang pemimpin. []
Harry Utama Putra
Bakti Nusa 3 Unsri